Selasa, 08 Januari 2013

Gaya Pacaran Ala Mahasiswa

Sepasang Mahasiswa yang diduga berpacaran sedang asyik menyaksikan diskusi Mahasiswa.


"Ada yang salah dengan dunia kampus saat ini" bisik seorang mahasiswa tingkat akhir itu. Perkataan tersebut membuat saya terperangah dan penasaran. Lantas saya pun bergegas menanyakannya. "Apa yang salah?" ujarku. "Gaya pacaran mahasiswa saat ini berbahaya”. Jawabnya sambil bergegas pergi.
Pacaran adalah suatu istilah yang dipakai kebanyakan orang untuk mendefinisikan suatu jalinan hubungan kedekatan yang dilakukan para pasangan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti kata pacar adalah teman lawan jenis yang mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Berdasarkan pengertian seperti itulah pacaran dapat dianggap sebagai jalinan yang suci karena mengatasnamakan cinta dalam setiap jalinannya.
Semua orang pasti memiliki keinginan untuk menjalinan hubungan berdasarkan nama cinta. Melalui makna cinta yang sebenarnya manusia dapat hidup berdampingan. Dengan cinta, dunia ini akan aman dan tentram. Itulah kesakralan arti sebuah kata cinta yang menjadi dasar alasan kebanyakan orang menjalin hubungan berpacaran.
Dunia memang telah berubah. Pergaulan pun tidak lagi seperti dahulu yang apabila terlihat lelaki dan wanita berduaan, tidak lama orangtua keduanya akan segera menggelar acara pernikahan. Melalui pernikahan tersebut arti kata cinta sebenarnya akan terjalin.
Salah satu indikator gaya berpacaran sekarang berbahaya seperti yang disampaikan mahasiswa tingkat akhir itu adalah gaya berpacaran mahasiswa. Gaya berpacaran mahasiswa memiliki keunikan tersendiri yaitu orang yang berpacaran seperti sudah menjadi suami-istri.
Ijab Kabul dalam resepsi pernikahan seperti sudah terucap apabila melihat gaya pacaran para kebanyakan mahasiswa di beberapa kampus di Bandung. Hampir setiap waktu pasangan berpacaran menghabiskan waktunya berdua. Gandengan tangan di taman depan kampus, saling suap-menyuapi ketika makan pun sudah menjadi hal yang biasa bagi para pasangan mahasiswa itu.
Ketika saya menulis tulisan ini pun, secara kebetulan ada pasangan mahasiswa jurusan manajemen perhotelan yang sepertinya sedang berpacaran. Mereka duduk berdua dan saling bersenda gurau. Sesekali si pria memegang-megang hidung si wanita dan itu mungkin ungkapan cinta dari keduanya. Tertawa mesra pun terpancar diantara keduanya.
Puas memperhatikan kemesraan kedua sejoli jurusan manajemen perhotelan saya pun bergegas ke tempat unit kegiatan mahasiswa. Waktu menunjukan 15. 26 dan banyak sekali para pasangan mahasiswa yang sedang bersenda gurau dengan pasangannya. Beberapa wajah pun terlihat tidak asing dimata saya dan saya tahu bahwa mereka berpacaran ketika saya mengintip status facebook yang dimiliki keduanya.
Saya mengambil kesimpulan bahwa pegangan tangan sudah menjadi hal yang biasa menemani senda gurau pacaran para mahasiswa. Hal seperti itu dilakukan pasangan mahasiwa perhotelan dan kebanyakan para pasangan di gedung unit kegiatan mahasiswa. “oh, rupanya ini salah satu kegiatan mahasiswa itu” pikirku saat itu.
Kostan Mahasiswa Lebih Menyeramkan
Saya memang tidak mengekost seperti kebanyakan mahasiswa lainnya. Itu menyebabkan saya berganti-ganti tempat kostan. Tepatnya berganti-ganti mengunjungi tempat kost-kostan teman di berbagai daerah sekitar kampus.
Dahulu tepatnya semester tiga saya seringkali menghabiskan waktu istirahat di kostan teman di daerah yang dekat dengan dua universitas yaitu universitas keguruan swasta dan universitas negeri. Ada hal yang langsung membuat saya heran. Rasa heran saya tertuju kepada tetangga kamar kostan teman yang rupanya ditinggali oleh seorang mahasiswa wanita yang terlihat seringkali membawa pasangannya. Seringkali saya amati dan ternyata pasangan tersebut memang sering menghabiskan waktunya di kamar kost bahkan si pria sering menginap di tempat itu. Selidik demi selidik pun saya lakukan dan ternyata mereka masih berpacaran alias belum menikah. “Apa saja yang mereka lakukan di dalam kamar, sampai mereka betah seperti itu?” pikirku polos.

Saya merasa sedikit malu karena setiap hari selalu di kostan tersebut. Saya pun bergegas mencari tempat peristirahatan lain. Akhirnya saya memutuskan untuk saat ini mengunjungi kostan teman di daerah ledeng. Kostan di daerah ledeng yang dekat sekali dengan terminal tersebut memang memiliki tekstur tanah yang berbukit-bukit banyak kostan yang bahkan berada di daerah bawah, sedikit terpencil dan jauh dari pengawasan pemilik kostan tersebut. Lagi-lagi terdapat hal yang cukup menggelikan. Tidak berbeda dengan di daerah teman saya lalu, di daerah ledeng pun ternyata banyak terjadi hal serupa. Tetangga kostan tepatnya dipisahkan lima kamar sering membawa pacar perempuannya ke dalam kamar. Saya tidak tahu apa saja yang terjadi di dalam kamar bahkan percakapannya pun tidak pernah terdengar karena alunan musik dengan suara yang cukup keras selalu diputarnya. Saya pun mengungkapkan hal itu kepada teman. Perkataan cukup mengagetkan pun menggelitik telinga saya karena menurut teman saya hal tersebut memang sudah menjadi hal yang wajar dan selama hal itu tidak menggangu tidak akan menjadi masalah.
 Rupanya beginilah gaya berpacaran kebanyakan mahasiswa zaman sekarang. Banyak perilaku yang seharusnya dilakukan suami-isteri justru dilakukan pasangan yang baru mempunyai ikrar berpacaran. Memang gaya pacaran tersebut tidak semua yang menganutnya karena seringku melihat para pasangan yang sangat menjaga kedekatan mereka, bahkan mengambil keputusan menikah untuk menjaga dari hubungan yang terlewat batas dan membina keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah.(Imam Akhmad.)

Nama Penulis: Imam Akhmad
E-mail          : akhmadimam26@ymail.com

Rabu, 02 Januari 2013

BELAJAR ROBOT, ANAK DAPAT MENCIPTAKAN KARAKTER


  
  School of Robotic yang merupakan sebuah klub atau kelompok belajar membuat robot. Sekolah robot ini didirikan oleh Bapak Edwin Gandaputra, SE., MA. School of Robotic ini terletak di Jalan Kopo No. 216 Bandung yang pada awalnya didirikan karena passion dan niatnya yang besar membangun karakter anak melalui belajar membuat robot. Passion itu diawali dari kebiasaan mengajari anaknya sendiri untuk belajar membuat robot “dari pada maen game atau nonoton TV saja, lebih baik belajar sambil bermain” sahutnya. Ternyata niat timbul untuk mengajak anak-anak yang lainnya untuk belajar membuat robot karena di daerah Bnadung belum ada kelas atau klub tentang robot ditambah juga karena dia tahu bahwa dalam kegiatan ini sangat berpengaruh positif untuk membangun  karakter anak-anak. Konsep dalam Club of Robotic ini adalah belajar sambil bermain, anak diajak untuk belajar tentang dasar-dasar, bagian-bagian yang membentuk sebuah robot Lego.
School of robotic ini diikuti oleh anak-anak mulai dari umur enam tahun atau mulai dari kelas satu sekolah dasar. Dan kelas robot ini dibagi dalam kelas berikut: kelas beginer terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi 1, 2 dan 3 atau terdiri dari 11 project, kemudian lanjut ke kelas Intermedit terdiri dari Basic Mekanik dan basic Robotic dan yang terakhir ada kelas Advance, dalam kelas Advance ini merupakan kompetisi atau perlombaan membuat robot yang diadakan setiap 1 kali 3 bulan dan muridnya diwajibkan mengikuti kompetisi ini.

 Dan yang paling penting atau yang paling utama dari kelas Robotic ini adalah belajar untuk membangun karakter anak. Belajar sambil bermain dan memabangun karakter anak seperti kemandirian, tangggung jawab, kreatif, berani, berani, cerdas. Lalu anak juga diajarkan belajar bahasa inggris, bagian-bagian robot terdiri dari bahasa inggris. Otomatis anak sambil bermain, sambil belajar dan sambil belajar bahasa inggris dan anak-anak harus mengingat nama-nama bagian-bagian yang terdiri dari bahasa inggris tersebut. Dan kadang juga pengajar dari kelas robotic ini menggunakan bahasa inggris sederhana jadi otomatis memacu anak untuk sambil belajar bahasa inggris.
  Anak-anak terlihat begitu senang dan semangatnya membentuk robot Lego, mencari bagian-bagian yang diperlukan untuk membentuk robotnya sambil dipandu oleh gurunya. “ belajar robot ini menyenangkan teteh” sahut seorang anak muridnya bernama Kenzhy. Dan kelas ini hanya diadakan setiap hari Sabtu saja sekitar dua jam.

PERNIKAHAN JADI ALASAN PINDAH AGAMA




Menjalani Biduk Pernikahan
Pernikahan merupakan awal di mana manusia mengukur seberapa besar tingkat kedewasaannya menjalani kehidupan. Banyak orang ragu untuk mengambil sebuah sikap tegas tentang pernikahan. Pergelutan hati antara rasa sayang dan takut mengambil sikap. Mempersiapkan diri mempunyai momongan, berarti biaya hidup bertambah sedangkan hidup pas-pasan. Harus mempunyai kesiapan untuk melepaskan kebebasan, dimana yang biasanya hang out dengan teman-teman sekarang harus memikirkan anak istri di rumah. Dari sekian banyak orang, ada juga yang berani mengambil sikap mengenai pernikahan. Sikap yang siap menerima semua yang akan muncul setelah menikah nanti harusnya di acungi jempol. Selain pernikahan, perceraian pun sangat marak terjadi di Indonesia. Menikah baru beberapa bulan, langsung cerai. Kalau kata Syaharini  ”Cetar membahana”. Pernikahan yang miris sekali.
Sedikit menyentil pandangan, sebenarnya pernikahan itu apa sih? Apakah perjanjian hitam diatas putih atau sebuah penjanjian sehidup semati dan Tuhan menjadi saksi. Indah sekali, apabila pernikahan itu sebuah perjanjian suci yang tidak bisa dipisahkan oleh siapapun kecuali maut. Janji sehidup semati menjalani bahtera rumah tangga baik suka maupun duka. Pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele, karena tidak ada kecocokan langsung cerai. Itulah pernikahan.

Pindah Agama Karena Pernikahan
Tadi sudah berpanjang lebar merumuskan pernikahan. Sekarang sedikit menyenggol mengenai pernikahan yang menjadi alasan pindah agama. Sebagian orang menganggap sakral membicarakan sebuah agama. Mereka  berpikir bahwa agama merupakan pegangan atau pedoman hidup yang dijaga hingga akhir hayat. Didalam tulisan ini, tidak akan membahas mengenai perbedaan pandangan mengenai arti agama. Tulisan lebih melihat pandangan mengenai Pernikahan suatu bentuk legalitas untuk pindah agama. Mempertanyakan tentang keyakinan sesorang yang berpindah hanya karena alasan pernikahan. Sebelum itu ada sedikit cerita mengenai sebuah keluarga kecil dimana suami istri terbut awalnya berbeda agama. Setelah menikah si istri mengikuti agama sang suami. Mungkin cerita ini salah satu dari ribuan cerita yang sama mengenai pindah agama.
          Pada awalnya mereka bertemu di stasiun di daerah Depok. Betapa lucu pertemuan mereka, sesorang wanita dengan tergesa-tegas mengejar keterlambatannya. Dari jauh seorang pria melihat gerak geriknya. Pria tersebut dengan berani mempertanyakan kemana si wanita itu akan pergi. Seperti gayung tersambut, jurusan kereta yang diambil mereka berdua sama daerah Bogor. Mereka bercengkrama memperkenalkan dirinya masing-masing. Dari hari ke hari semua berjalan dengan semestinya, sampai akhirnya lelaki mengetahui status agama yang diyakini wanitanya. Si pria dengan taatnya meyakini agama Islam dan si wanita yang juga taat meyakini agama Katolik. Kendala yang cukup besar untuk dijalani keduanya. Banyak pertimbangan yang terjadi, bagaimana meyakini kedua orangtua mereka untuk menerima pasangan mereka. Tapi dengan keyakinan yang kuat lelaki dengan berani dan tegas berkata dalam hatinya bahwa wanita yang berdiri dihadapannya sekarang ini akan menjadi istri dan menjalani biduk pernikahan dengan dirinya. Resiko apapun itu akan dihadapi. Pilihan cuma satu apakah salah satu dari mereka mengalah atau mereka berpisah karena mempertahankan keyakinannya. Bukan main bukan? Seperti sinetron saja ceritanya, tetapi ini benar-benar terjadi di realita kehidupan yang sebenarnya.
Salah satu dari mereka berdua berkorban untuk pasangannya. Pada akhirnya dengan langkah berani si wanita mengambil keputusan untuk pindah agama. Perdebatan keluarga masing-masing pasangan tak bisa dihindari lagi. Keyakinan yang penuh sang ayah dari wanita tidak merestui pernikahan mereka. Menolak keras, beliau merasa kecewa dengan keputusan sang anak yang selama ini dibesarkan dan di didik. Entah apa yang terjadi seiring berjalannya waktu, luluh tembok hati yang tinggi sang ayah. Kebahagian anaknya melebihi apapun juga. Pernikahan pun berlangsung dengan status mempelai wanita telah pindah agama mejadi seorang muslim (mualaf).  
Cerita belum selesai, sekarang pertanyaanya apa si wanita dapat menjalani kebiasaannya terdahulu berubah setelah pindah agama. Kebiasaan kegereja setiap hari minggu diganti dengan sholat 5 waktu  di setiap hari. Setelah panjang lebar berbicara dengan Theresia (30), Tres akhirnya mau menceritakan sedikit tentang kehidupannya setelah dia pindah agama. Tres mengatakan “Bayangin deh seandainya mbak yang jadi aku? Semua  berubah 360 ketika mbak memutuskan untuk mengubah keyakinan yang sudah 20 tahun menemani diri mbak” Ketika mendengar ini, penulis sedikit terenyuh. Entah apa yang akan terjadi kalau penulis berada diposisi tersebut. Mungkin penulis tidak kuat untuk menghadapinya. Semua  terjadi karena hati wanita itu belum siap menerima semuanya. Ini terbukti dari pernyataan yang berupa “Sebenarnya saat ini saya masih belom bisa sholat 5 waktu ama baca Al-quran, entah kenapa kalau tidak ada suami saya tidak sholat. Bukan karena saya tidak ingin, saya sangat ingin melakukannya tapi kesibukan saya mengurus tiga anak yang masih kecil membuat saya lupa untuk sholat”. Satu hal yang dapat diambil dari pernyataan tesebut adalah ketika kita mengambil keputusan besar yang mungkin dapat merubah semua kehidupan, kita harus siap dengan semua perubahan yang terjadi dan berani mempertangungjawabkan semua. Bukan saatnya untuk menyalahkan, tapi sebaliknya lihat apa yang ada dibalik semua ini, mengapa dia bisa seperti itu? Kita doakan saja semoga hatinya tidak ragu lagi dengan agama yang diyakini sekarang.
Dapat dilihat bahwa orang yang menikah dan berpindah agama tidak semuanya benar-benar dari keimanannya yang juga ikut berpindah. Tapi hanya sebatas untuk mendapatkan secarik kertas bernama surat nikah. Apa alasan pernikahan dapat dijadikan alasan? Tidak, sebaiknya kalau pindah agama harus dari hatinya terlebih dahulu. Sebelum menikah harus memantapkan hati biar tidak bimbang pada akhirnya. Sebenarnya kalau membicarakan agama itu bawaannya agak sensitif terlalu rawan dibicarakan. Saat kita berbicara ini mungkin berbeda dengan pengertian dari yang lain. Tapi satu yang penulis tahu, bahwa yang kita hormati dan yang selalu kita mohon pertolongannya saat kita kesusahan dalam doa adalah Sang Pencipta Yang Maha Besar. Walaupun kita berbeda tata cara berdoanya tapi doa yang dihujukkan hanya untuk NYA. Iya tidak??

Biodata Penulis
Nama           : B. Dinar Anggia (0906839)
Email           : benedictadinar@gmail.com
Jabatan       : Mahasiswa Jurursan Bahasa dan Sastra Indonesia  UPI
                    “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpimu”



Pengemis Nakal Memberi Citra Buruk




Mengemis kini menjadi salah satu profesi yang dicari dan dipilih oleh beberapa orang. Penghasilannya yang menggiurkan ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ingin menjadi kaya tanpa harus mengenyam pendidikan tinggi ataupun memiliki suatu keahlian khusus. Banyak hal yang dapat melatarbelakangi seseorang dalam memilih dan memutuskan untuk menjadi seorang pengemis yang mengemis di tengah-tengah kebutuhan hidup sehari-hari yang terus meningkat. Tetapi bukan hanya latar belakang saja yang menjadi sorotan utama dari seorang pengemis, melainkan citra atau dampak yang akan ditimbulkan dari sosok pegemis itu sendiri terhadap kehidupan.
Kehadiran pengemis dalam kehidupan sehari-hari memiliki banyak arti dan tempat tersendiri di hati setiap orang, bergantung pada sudut pandang orang tersebut dalam melihat dan menilainya. Oleh karena itu tidak heran jika kehadiran pengemis mampu memberi banyak pencerahan ataupun justru malah menambah kemelut persaingan hidup saat ini.
Jika dulu pengemis adalah sosok seorang yang melakukan tindakan meminta-minta kepada orang lain karena faktor kemiskinan, maka hal tersebut akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan sosok pengemis saat ini. Saat ini pengemis bukan lagi berasal dari keluarga miskin yang tidak memiliki pekerjaan, melainkan juga bisa berasal dari orang-orang mapan. Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang itu untuk mengemis dan salah satu alasan mereka melakukan hal tersebut adalah untuk memperoleh uang lebih banyak lagi. Mendapatkan uang lebih banyak dengan cara mengemis sepertinya sudah menjadi rahasia umum di setiap kalangan, maka tidak heran jika kini mulai banyak orang malas yang ingin mendapatkan uang dengan cepat dan mudah.
Seorang pengemis yang mengemis di daerah terminal ledeng bandung mengaku tidak ingin mengemis jika keadaan hidupnya baik dan berada atau setidaknya memiliki penghasilan tetap yang mampu memberi keluarganya makan sehari-hari dengan tenang. Tetapi, fenomena kehidupan yang terjadi tidak seperti cerita indah yang biasa disajikan dalam cerita dongeng, maka beliau pun membesarkan hatinya untuk mengemis atau meminta-minta sedikit sedekah kepada orang lain.
Namun kini penghasilan beliau dari hasil mengemis sudah mulai berkurang, jika dulu biasanya beliau bisa memperoleh lima puluh ribu dalam sehari maka kini dengan memperoleh uang sebesar dua puluh ribu saja sudah sangat senang raasanya. Beliau mengaku hal ini terjadi karena adanya beberapa pengemis nakal yang menjadikan dirinya rendah di hadapan orang lain untuk memperoleh belas kasihan dan uang yang sangat banyak tentunya. Beliau juga sempat menceritakan bahwa memang benar akan adanya beberapa pengemis yang sebenarnya tidak pantas mengemis, dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang cukup mapan dalam hal penghasilan.
Keberadaan para pengemis nakal ini memberi citra buruk untuk semua pengemis yang ada karena sudah banyak orang yang mengetahui salah satu cara memperoleh uang dengan cepat dan mudah seperti ini. Citra buruk yang mulai melekat pada pemahaman masyarakat inilah yang membuat penghasilan beliau berkurang dan mendapatkan lirikan tajam dari setiap orang yang melintas tepat di depannya. Citra buruk yang ditujukan masyarakat kepada seluruh pengemis pun sangat disesalkan oleh beliau karena tidak semua pengemis yang ada itu melakukan dan memilih mengemis karena faktor untuk mendapatkan banyak uang.
Pengalaman seorang pengemis dalam bertahun-tahun yang mampu menghasilkan sebuah rumah baru di kampung halaman sepertinya sudah menjadi cerita yang biasa bagi banyak orang saat ini. Bahkan karena sudah menhasilkan sebuah rumah, tidak sedikit dari mereka yang kembali membeli sebuah mobil pribadi dan mulai membuka usaha pengemis. Usaha ini umumnya dilakukan oleh mantan pengemis yang sudah merasa letih dalam mengemis dan hanya ingin mendapatkan uang saja setiap harinya dengan cara mengumpulkan beberapa orang untuk dijadikan anak buah dan menggantikannya mengemis. Anak buah mantan pengemis ini pun bukanlah seorang yang sembarangan karena mereka akan terlebih dahulu diberi pelatihan perihal mengemis yang baik dan menyentuh banyak orang yang melihat.
Fenomena para pengemis nakal yang terus berlangsung dari waktu ke waktu ini tenyata memberi dampak yang buruk bagi orang yang tidak memiliki uang dan pekerjaan. Mereka yang memang mengemis untuk kebutuhan hidup sehari-sehari pun akan menerima dampaknya. Orang-orang tidak akan lagi percaya pada satu pun pengemis yang datang untuk meminta. Padahal yang datang bisa saja mereka yang memang benar-benar sedang membutuhkan uluran tangan seseorang dalam menjalani hidup.
Satu hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi hal ini adalah dengan memusnahkan rasa nyaman yang sedang atau yang sudah para pengemis nakal rasakan selama ini. Rasa nyaman dari kegiatan mengemis tersebut pun sudah  seharusnya menjadi perhatian publik karena akan menjadi tidak baik jika rasa nyaman itu tertular pada para penerus bangsa. Jika hal ini terjadi maka negara ini akan menjadi negara yang dipenuhi dengan banyaknya orang malas dan secara perlahan akan menghancurkan negara di segala bidang.
Keresahan-keresahan tersebut harus segera diatasi dengan cepat dan tidak hanya menunggu respon dari pemerintah saja karena fenomena yang terjadi adalah tanggung jawab semua pihak. 

Penulis
Nama               : Devi Lamria Hasibuan
Nim                 : 0907466
Kelas               : 7 C Pend. Bahasa Dan Sastra Indonesia 

KENDARAAN, JALAN, TERMINAL DAN KAMPUS (MASIH) BUAT KEMACETAN

Para pengendara yang berdesakan dalam kemacetan di depan pintu gerbang kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung


PAGI hari, seperti biasanya banyak mahasiswa yang menuju ke kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yang berlokasi di jalan Setiabudi, Bandung dihadapkan pada kemacetan, padahal jarak antara kampus tempat mereka menuntut ilmu dengan lokasi tempat tinggalnya tidak terlalu jauh hanya berkisar 2-3KM. Akan tetapi, mahasiswa yang kebanyakkan pengguna sepeda motor ini sering sekali terjebak macet hingga puluhan menit hanya untuk menuju kampus mereka tersebut.

Dampak dari kemacetan ini kerap sekali memberi keluhan bagi mahasiswa itu sendiri menjadi sering terlambat mengikuti perkuliahan gara-gara terjebak di dalam kerumunan kemacetan.
“Lokasi tempat saya ngekost di daerah gerlong, jarakny ke kampus tidak jauh tapi saya sering kejebak macet 30 menit hingga 1 jam” ungkap kekesalan Imay, salah seorang mahasiswa UPI.
“Setiap pagi saya selalu kesal karena terjebak macet kalau mau ke kampus, jika sudah kesal begitu bagaimana saya bisa memulai perkuliahan dengan baik” keluh Imam Akhmad, salah seorang mahasiswa UPI yang setiap harinya mengendarai motor ke kampus.

Kemacetan pada jam masuk kerja (07:00-08:00 WIB), Istirahat siang (12:00-13:00 WIB) dan pada jam pulang kerja (16:00-18:00) memang sudah menjadi tradisi di jalanan sekitar gerbang kampus UPI ini. Hal ini dikarenakan jalanan umum yang sempit di lokasi ini memang tidak akan sanggup menerima lonjakan banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang pada jam-jam sibuk seperti yang telah disebutkan diatas Tadi.

Lokasi kampus memang menjadi langganan banyaknya  kendaraan apalagi kalau kampus itu sendiri berada dekat dengan kawasan terminal yang juga dipenuhi dengan kendaraan transportasi, hal inilah yang menjadi penyebab utama kemacetan di depan pintu masuk gerbang kampus UPI.

Kawasan terminal Ledeng yang memang ramai dengan kendaraan dan orang-orang yang bertransaksi jual-beli, di tambah lagi banyaknya tempat makan membuat kawasan ini memang membuat banyaknya aktivitas masyarakat yang terjadi yang dapat menghambat kelancaran lalu lintas. Ditambah lagi kawasan ini dekat dengan kawasan kampus UPI yang memuat banyak sekali aktivitas termasuk aktivitas di jalanan sekitar kampus yang memastikan pemerolehan kemacetan menjadi semakin parah.

“Kawasan ini mengalami kemacetan dikarenakan banyaknya jumlah kendaraan yang masuk ke kampus UPI dan susahnya menertibkan para pengemudi angkot yang berhenti sembarangan” ungkap Dedi Iswanto, seorang petugas kepolisian lalu-lintas.

Berbagai faktor yang menyebabkan kemacetan di depan gerbang kampus UPI tadi memang sangat kompleks. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait baik itu dari pihak yang mengatur ketertiban lalu lintas, pihak kampus , para pengendara dan masyarakat.

Dari pihak kepolisian lalu lintas perlu adanya penambahan personil yang bertugas di daerah kemacetan ini sehingga banyaknya kendaraan dapat diatur dan amankan semaksimal mungkin dan perlu adanya tindakan yang tegas terhadap para pengemudi angkot yang berhenti dengan sembarangan.

Pihak kampus UPI sendiri harus memberikan peranan yang penting dalam menanggulangi kemacetan tersebut. Dengan cara memberikan kebijakan agar beberapa akses pintu masuk di UPI dibuka supaya para mahasiswa yang ingin memasuki kawasan kampus tidak hanya menumpuk di satu titik pintu masuk saja, namun dapat terbagi-bagi.

Para pengendara kendaraan baik mobil ataupun motor juga tidak bisa lepas dari upaya penanganan macet tersebut . Dengan kata lain perlu adanya kesadaran bagi para pengendara khususnya mahasiswa yang hendak menuju kampus yang tempat kostannya dekat kampus sebaiknya tidak membawa kendaraan dan memilih alternatif dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Disamping dapat mengurangi jumlah kendaraan juga dapat meningkatkan kesehatan pada mahasiswa itu sendiri.

Pemerintah Indonesia juga perlu berkontribusi dalam membatasi atau mengurangi jumlah kendaraan yang beredar di Negara ini dan juga perlu untuk memperbaiki sarana transportasi seperti memperlebar jalanan yang ada di Indonesia, dengan demikian dapat mengurangi kemacetan yang ada di jalanan negeri ini terkhusus di jalan depan gerbang kampus UPI (Jaka Aris Napitupulu, dari Setiabudi, Bandung).

Kekeringan



Musim kemarau yang telah berlangsung beberapa bulan ini menyebabkan ratusan ladang persawahan disejumlah beberapa kota yang ada di Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat tidak bisa ditanami padi. dikarenakan ketiadaan air membuat lahan persawahan mengering.
Karawang merupakan kota tertua di Jawa Barat, selain itu Karawang juga memiliki ladang persawahan kurang lebih 67540 Ha. Dengan demikian, Karawang di juluki sebagai lumbung padi Jawa Barat. Hamparan sawah nan elok dan hijau menjadi pemandangan yang indah bagi kota Karawang, tapi ketika kekeringan melanda kota Karawang, sekarang bukan lagi menjadi kota nan elok tetapi menjadikan ladang persawahan yang kering tanpa tanaman. Di daerah Karawang perladangan sawah dibagi menjadi dua bagian, yaitu sawah irigasi dan sawah geledug atau sawah yang hanya mengandalkan air hujan.
Awal bulan Oktober merupakan tanggal yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani, karena sudah 5 bulan Kabupaten Karawang khususnya di Desa Purwadan Kecamatan Teluk Jambe Timur  tidak di guyur hujan. Pesawahan yang luas dan hijau ini sekarang menjadi kering kerontang, bahkan tanah persawahan terlihat retak-retak  akibat dari tidak adanya sumber air. Begitu tragis jika melihat kekeringan di Kabupaten Karawang. Padahal Karawang merupakan sumber pemasok beras terbesar di Provinsi Jawa Barat. Jika melihat kejadian ini, jangankan menjadi pemasok beras untuk Jawa Barat, untuk daerah Karawang saja masih kurang.

 Dengan demikian banyak para petani yang mengeluh dalam menggarap sawahnya. Yang tadinya di awal bulan September ini merupakan musim hujan, tapi belum juga di guyur hujan, petani tidak kehabisan akal dalam mencari solusi untuk mendapatkan air, petani melakukan pemompaan air dari sungai Citarum. Sehingga petani harus banyak mengeluarkan modal untuk memompa air. Dalam satu Hektar are sawah membutuhkan air kurang lebih 350 liter per 3 minggu. Sedangkan  memompa air dengan mesin pompa membutuhkan biaya perjamnya itu Rp20.000. Tapi penggarapan sawah dengan proses ini tidak mendukung para petani dengan baik, yang ada hanyalah kerugian saja. Berapa juta rupiah yang harus dikeluarkan oleh para petani untuk membayar mesin pompa? Tapi semua itu tidak terbalaskan dengan hasil panennya, karena hasil panen kali ini cukup mengerikan. Semua pohon padi mengering, karena kekurangan suplay air.  Kondisi seperti ini, petani hanya bisa pasrah dan berdoa kepada yang maha kuasa. Oleh karena itu musim kemarau kali ini membawa malapetaka bagi semua orang, khususnya bagi para petani.
 Peristiwa ini memang benar-benar merugikan banyak orang, bukan hanya petani saja yang merasa rugi dengan tidak adanya hujan, masyarakat saja merasa rugi, karena air sumur dan PDAM mulai kering, sehingga banyak masyarakat yang membeli air bersih dengan harga 1500 per deligen. Sedangkan kebutuhan air dalam satu keluarga itu kurang lebih membutuhkan 15 deligen per hari.
Untuk saat ini, pemerintah kabupaten Karawang belum memberikan solusi yang terbaik bahkan tidak ada anggapan sama sekali dari pemerintah. Dengan demikian masyarakat desa Purwadana merasa miris dengan kejadian ini. Setiap harinya masyarakat Purwadana harus mengeluarkan uang kurang lebih 15000 untuk membeli air bersih.
Musim kemarau yang berkepanjangan ini, menjadikan beban hidup bagi semua orang, karena masyarakat harus membeli air bersih sebagai bahan pokok setiap harinya. Yang tadinya air tidak membeli, sekarang harus membeli. Dengan kondisi seperti ini, penghasilan masyarakat menjadikan tolak ukur untuk menjalankan hidup.
Ujar Udin “Seharusnya pemerintah Kabupaten Karawang memperhatikan kondisi ini, karena saya sebagai warga Purwadana merasa miris, apalagi kondisi ekonomi saya yang serba kekurangan ini, ditambah lagi harus membebani biaya hidup dengan membeli air bersih, saya sebagai kepala keluarga dari empat orang anak dan satu orang istri merasa bingung dalam menghadapi cobaan ini”.
Dalam kondisi kekeringan ini, banyak para tokoh agama dan masyarakat melakukan salat istiqharah di lapangan Desa Purwadana untuk meminta diturunkannya air hujan. Tapi proses ikhtiar pemintaan air hujan itu belum juga terkabulkan oleh yang Maha Kuasa, sehingga proses salat Istiqharah ini dilakukan seminggu sekali, tiap hari Jumat jam 14.30 sampai waktu salat Ashar.

Nama               : Ahmad Taoziri
NIM                : 0907439
Jurusan            : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas               : 7C

Sisi Lain Hamil di Luar Nikah*)






Pernikahan hakikatnya adalah sebuah impian bagi setiap pasangan, dengan menikah maka setiap pasangan memiliki impian untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah warahmamah. Selain bertujuan untuk menyempurnakan sebagian dari agama, menikah pun merupakan salah satu cara untuk memiliki sebuah generasi penerus yang lebih baik. Namun, apa jadinya jika kita menikah karena terpaksa? Pada kali ini pernikahan yang paksa, bukan berarti karena dijodohkan atau hal yang sejenisnya, namun lebih kepada keadaan yang memaksa.


Hamil di luar nikah, atau Married by Accident. Kalimat itu nampaknya saat ini telah cukup akrab di telinga kita. Saat ini fenomena hamil di luar nikah bukanlah hal yang aneh, tabu atau bahkan sesuatu yang salah. Entah dikarenakan keadaan zaman yang mengalami demoralisasi atau penurunan moral, atau karena zaman kian menjauh dari nilai-nilai dan moral agama, sehingga saat ini banyak sekali pasangan yang masih berstatus pacaran berani melakukan hal-hal yang merupakan bagian dari hak dan kewajiban suami istri. Ketika banyak sekali terjadi kasus seperti ini, lantas siapakah yang bersalah? Lalu bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Tak merasa dosa atau hal yang lainnya kah?Penulis mewawancarai salah seorang sumber yang menikah karena hamil terlebih dahulu, ia berusia 20 tahun. Sebut saja namanya AJ. Ketika ditanyakan bagaimana rasanya menikah muda, ia menjawab. Jika menikah itu tidaklah seperti yang dibayangkan. Pernikahan membutuhkan persiapan yang matang, tanpa adanya kematangan, mungkin saja pernikahan itu menjadi tak bermakna, seperti dirinya yang memang menikah karena terpaksa mengatakan bahwa ternyata menjadi ibu rumah tangga itu tanggung jawabnya besar, banyak hal yang harus diuurus, dari A sampai Z. Semuanya harus dilakukan. Andai saja ia tak memiliki kejadian MBA mungkin dia juga tak akan mau menikah muda.

Lalu, ketika ditanyakan kenapa bisa melakukan hubungan suami istri, Ia hanya menjawab, karena kasihan, selain faktor cinta tentunya. Penulis mengetahui bahwa mereka berpacaran cukup lama yaitu dari awal masuk kelas 2 SMA,  di umur 17 tahun, hingga lulus dan kerja. Kebetulan AJ ini tidak melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, hanya sampai SMA saja. Ia mengungkapkan, bahwa melakukan hubungan suami istri menjadi tantangan tersendiri ketika melakukannya sebelum menikah, jika dibandingkan dengan setelah menikah yang menjadi hal biasa-biasa saja. Meski awalnya Ia sempat takut untuk melakukan hal itu, namun akhirnya ia luluh juga dan menyanggupi permintaan pacarnya yang kini menjadi suaminya. Ia merasa terlanjur nyaah kepada pacarnya itu, bagaimana tidak, RA sang pacar telah mengorbankan segalanya demi dirinya (AJ). Pada saat dirinya tidak sanggup untuk melunasi biaya akhir sekolah yang merupakan salah satu syarat wajib agar mendapatkan ijazah, RA lah yang membantu. AJ mengatakan bahwa RA melakukan kewajiban-kewajiban layaknya seperti seorang suami ketika mereka berpacaran, dari mulai memberikan uang saku yang cukup besar, antar jemput sekolah, membelikan ini dan itu, bahkan setelah lulus sekolah dan dirinya harus mencari pekerjaan pun, RA lah yang mengurus segala keperluannya.

Hal-hal yang tak diperhatikan oleh orang tuanya seperti ongkos bolak-balik, biaya untuk lamaran pekerjaan, semua ia dapatkan dari RA. RA sampai rela kerja pontang-panting, minjam uang kesana kemari untuk menebus ijazahnya. Hati siapa yang takkan tersentuh melihatnya. AJ juga menambahkan jika ia merasa bersalah ketika ia tak memberi apa yang diminta oleh RA. Belum lagi ia mendengar cerita-cerita dari teman-temannya semasa SMA yang memang telah melakukan hal tersebut dengan pacarnya. Maka, semakin tergodalah Ia, AJ pun tak menampik jika ia bisa melakukan hal tersebut karena nafsu. Apalagi menurutnya, setelah yang pertama, yang selanjutnya itu telah menjadi kebiasaan, dan rasanya ada yang kurang ketika tidak melakukannya setiap bepergian berdua dengan RA.

            Penulis sempat bertanya di mana ia melakukan hal tersebut, ia menjawab banyak tempat yang bisa digunakan untuk melakukannya, misalnya saja di Lembang, di sana tersedia tempat yang memang khusus untuk itu. Biaya sewanya 125rb per 12 jam. Atau setelah ia pulang clubbing, karna tak mungkin pulang di tengah malam. Secara lisan RA memang tak pernah mengungkapkan keinginannya langsung, tapi AJ tahu, ketika ia diajak berduaan dengan RA pasti arahnya ke sana.
Ketika penulis bertanya apa alasan RA melakukan hal tersebut ia menjawab, justru karena merasa sayang kepada AJ, ia ingin melakukan hal seperti itu. Hubungan suami istri menjadi bentuk kasih sayang di antara keduanya.

Sementara itu, ketika mengetahui bahwa ia hamil, tak sedikitpun di benaknya terbesit keinginan untuk menggugurkan kandungannya. AJ sadar, bahwa lambat laun, kegiatannya yang telah dilakukan sedari ia lulus SMA itu akan berakhir seperti ini. Namun ia tidak menyalahkan siapapun, Ia hanya diam dan berkata pada RA, begitupun dengan RA yang memang akan bertanggung jawab dengan menikahinya.Yang sempat mengetahui bahwa ia hamil adalah ibunya, namun ibunya hanya menanyakan ia hamil atau tidak, karena melihat putrinya yang muntah-muntah terhadap bau-bauan. Ayahnya pun sempat mencurigai dirinya hamil, namun hal itu dibantah ibunya. Sementara AJ hanya diam. Tak berkomentar. Ketika ia ditanya oleh orang tuanya kenapa ingin cepat-cepat menikah, ia hanya menjawab ingin menikah muda sesuai dengan targetnya yaitu 20-21 tahun. Ayahnya baru mengetahui AJ hamil ketika sang perias pengantin memberitahunya. Meski awalnya Ayahnya sempat mengeluh, dan berkata bahwa takkan mengadakan pesta besar-besaran kalau saja ia tahu AJ hamil duluan.Reaksi mertua AJ, ternyata tak sesuai bayangan, ketika ibu mertuanya tahu bahwa mereka menikah karena hamil duluan, Ibu mertuanya berkata, andai ia tahu lebih awal, ia akan menyuruh AJ untuk menggugurkan kandungannya. AJ bahkan menyaksikan ibu mertuanya memukul RA ketika mengetahuinya. Ibu mertuanya merasa begitu malu sekali, bahkan untuk syukuran tujuh bulanan, ia tak mau melakukannya. Namun, ayah mertuanya lah yang tetap ingin melaksanakan adat itu, baginya bagaimana pun anak dalam kandungan AJ tetaplah darah daging putranya dan harus disyukuri.
Pernikahannya yang dilaksanakan pada bulan februari lalu, memang dirasakan mendadak oleh teman-temannya, yang juga merasa aneh dengan pernikahan dadakan tersebut. Penulis yang merupakan salah satu teman yang menjadi pagar ayu di acara pernikahannya, sempat merasa kaget dengan apa yang dialaminya. Namun, disisi lain, banyak hal yang bisa menyebabkan Ia melakukan hal tersebut. Salah satu faktor yang memang klise namun tetap tak dapat dipungkiri adalah masalah keluarga. Keluarga adalah sekolah yang pertama dan utama bagi setiap orang. Ketika keluarga tak bisa menjadi sandaran dan panutan yang tepat bagi anak-anaknya, maka anak tersebut akan mencari kebahagiaan di lingkungan luar. Pada kasus AJ contohnya, keluarganya memang keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, selain itu penerapan ilmu agama yang kurang juga turut memengaruhinya. Orang tua yang cenderung membebaskan anaknya untuk pergi kemanapun yang ia sukai, memberikan dampak negatif. Lingkungan sekolah dan lingkungan pekerjaan juga memengaruhi.

Terlepas dari itu semua, namun banyak hal yang dapat dipetik, AJ dan RA adalah salah satu contoh kasus untuk hamil di luar nikah, terlepas dari dosa atau tidaknya dari apa yang mereka lakukan, banyak hal yang perlu digarisbawahi. AJ yang harus menanggung beban ketika ia hamil, dari  mulai cemoohan dan berbagai gunjingan dari para tetangga, tak bisa bebas kemanapun yang ia inginkan karena telah mengandung, juga harus menyembunyikan kandungannya dari semua orang. Banyak hal-hal yang tak terduga darinya. Namun, Ia termasuk salah seorang perempuan yang tangguh. Ia berani menanggung resiko tanpa mengeluh.Kini ketika ia telah dihadapkan pada keharusan menjadi seorang ibu. Di tengah krisis ekonomi terkadang ia harus mengurus anaknya sendirian, termasuk mengurus keluarganya yang trerdiri dari ayah dan keempat orang adiknya, karena ibunya terlibat kasus yang menyebabkan ia harus dipenjara. Ia tak hanya berperan sebagai ibu bagi anaknya, namun juga sebagai kakak yang harus mengurusi adiknya, belum lagi ia harus bertindak sebagai menantu yang baik.

Seorang teman mungkin akan merasa sedih dan kecewa. Ketika mengetahui temannya seperti itu. Namun sebagai teman, sejatinya berusaha menguatkannya dan memperlakukannya seperti biasa saja dan seperti tak pernah terjadi apa-apa. Karena di masa kesulitannya itu, ia membutuhkan sandaran, yaitu teman yang bisa diajaknya bicara, meluapkan kekesalannya, tempat keluh kesahnya sebagai seorang ibu, dan seorang istri. Pada akhirnya AJ berkata : “segala sesuatunya memang tidak bisa dirubah, dan yang sudah terjadi ya terjadilah. Nasi memang sudah menjadi bubur, namun yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi, bukan meratapi.”*) Risca Olistiani, NIM 0909216







Gegap Gempita Dunia Malam Mahasiswi


Sebut saja namanya Fenny Lestari yang merupakan mahasiswi jurusan pendidikan fisika angkatan 2010 di salah satu universitas terkenal di Bandung. memang bila kita melihat kemolekan dari rupanya yang memang sangat ayu khas priangan karena memang berasal dari daerah Tasikmalaya. Fenny ini memang selain cantik rupanya juga memiliki anugerah lain yaitu suaranya yang sangat bagus untuk kita dengar.
Keunggulan akan rupa dan suara yang bagus ini memang dimanfaatkanya untuk menjadi seorang penyanyi di salah satu cafe yang biasanya beroperasi pada malam hari. nah sekitar pukul 22.00 WIB biasanya Fenny berangkat menuju kerjanya yang ada di pusat kota Bandung. memang tempat kerjanya ini biasanya menjemput para biduan wanitanya untuk sampai ke tempat kerjanya. sebelum subuh biasanya fenny sudah pulang dari tempat kerjanya sebagai biduan yang melayani para pengunjung dengan suara merdunya ini.
Di balik dari penyaluran hobinya sebagai biduan di salah satu cafe tempat ia bekerja, namun banyak seletingan kabar yang menyebutkan bahwa selain dari kegiatan bernyanyi di cafe tersebut, ternyata ada kerja plus dengan bayaran yang menggiurkan. tentu saja kerja plus ini tidak jauh dari kegiatan pemuas nafsu dari para pengunjung cafe yang memang haus akan seks. bahkan gosip tentang fenny yang pernah menggugurkan kandungannya pun pernah menjadi gosip heboh di kelasnya berkuliah dan juga tetangga-tetangga kosan dekat fenny tinggal.
Sungguh ironis memang hal yang terjadi dengan keadaan seperti sekarang ini seperti mahasiswa yang seharunya dipercayai oleh orang tuanya untuk mengenyam bangku kuliah agar bisa membanggakan orang tua dan berguna bagi bangsa, malah banyak yang melakukan kegiatan negatif yang akan merugikan dirinya sendiri serta orang tuanya.( ditulis oleh Munandar)

Fenomena Dunia Gemerlap Mahasiswi UPI



Penulis: Imay Ifdlal Fahmy*

Ilustrasi
Dini hari itu suara dentuman musik “Party Dance” terasa begitu menggetarkan gendang telinga dan memecahkan kesunyian malam kota Bandung. Pemuda maupun pemudi aysik masyuk dengan musik yang diracik oleh sang Disk Jockey (DJ) disertai tarian-tarian khas dunia gemerlap. Suara gelas yang berisi minuman beralkohol pun beradu membuat suara gemerincing mengiringi musik yang membuat tubuh seakan terhipnotis untuk ikut bergoyang.
Ya, sebut saja namanya Bunga. Seorang gadis yang masih tercatat sebagai mahasiswi yang berkuliah di kampus yang terkenal akan  label pendidikannya, Universitas Pendidikan Indonesia. Ia bersama kedua kawannya, sebut saja melati dan mawar, tampak tak canggung lagi untuk menikmati musik racikan DJ dengan goyangannya. Di sebuah tempat hiburan malam, di jajaran pusat perbelanjaan di jalan Sukajadi itu, mereka melepas beban.
Hal seperti ini memang bukan hal yang baru bagi mereka. Karena mereka sering mendatangi klab-klab malam  hanya untuk kesenangan semata. Ketika mereka dipusingkan dengan tugas kuliah yang rumit, atau mungkin karena gejolak jiwa muda yang sedang merasa “galau”  dengan pasangan  masing-masing, maka pelariannya adalah mendatangi tempat-tempat tersebut untuk mengusir jemu.
“Dulu mah pertama kali diajakin sama temen. Katanya ada GL** atas nama si itu, jadi bisa masuk gratis. Awalnya saya masih canggung, tapi lama-kelamaan ketagihan juga dan jadinya sering weh ke tempat seperti ini.” ujar Bunga. Begitu pun dengan Melati dan Mawar. Mereka pertama kali diajak oleh Bunga dan temannya itu untuk ikut bersama  menikmati dunia malam Bandung.
“Biasanya kalo tempat hiburan yang banyak didatangi mahasiswa itu yang di daerah Cihampelas dan Sukajadi. Dan hari kamis malam jumat itu yang paling ramai, karena temanya itu Ladies Night” tutur Bunga yang diamini juga oleh Mawar dan Melati. Memang di tempat hiburan malam tertentu memiliki tema agar dapat menarik perhatian pengunjung terutama pengunjung wanita. Dengan begitu, maka para pengunjung pria pun banyak yang datang sehingga membuat tempat hiburan itu semakin ramai. Tak jarang sebuah tempat hiburan mengundang artis atau DJ dari luar negeri ketika sedang mengadakan “event”tertentu.
Banyak hal yang telah dilalui oleh Bunga dan teman-temannya ketika menikmati hobinya pergi ke tempat hiburan malam. Terkadang, banyak lelaki nakal yang menggoda mereka. Tak jarang juga mereka diajak “om-om” atau bahkan pemain sepakbola yang mendatangi tempat hiburan malam tersebut untuk ikut bersama mereka yang lebih pantas dianggap sebagai bapak atau kakak. Untungnya, mereka dapat menolak secara halus ajakan dari para lelaki tersebut karena mereka ke tempat hiburan malam hanya untung bersenang-senang dan mengusir kebosanan.
Lalu, pantaskah seorang calon pendidik mendatangi tempat-tempat seperti itu? Memang pertanyaan seperti ini mungkin sempat terlintas jika melihat sosok Bunga yang merupakan mahasiswa pendidikan dan calon panutan dari anak muridnya nanti. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh gaya hidup hedonisme yang mendewakan kesenangan dan hura-hura semata. Sementara itu, kontrol dari orang tua yang kurang karena kebanyakan dari mahasiswa itu indekos dan jauh dari rumah. Hanya pengendalian diri dan iman yang kuat yang dapat mencegah untuk berbuat lebih jauh lagi seperti seks bebas dan pemakaian obat-obatan terlarang.  Seseorang yang telah masuk ke lingkungan seperti itu akan mudah terjerambap ke gerbang keburukan.
Tapi akhir-akhir ini saya mengurangi kegiatan dugem***, karena semakin lama saya melakukan hal ini membuat saya berpikir bahwa hal seperti ini tidak dapat saya lakukan selamanya. Apalagi saya ini calon pendidik yang harus memberi contoh kepada anak murid saya nanti. Saya juga akan lebih fokus lagi kuliah agar tidak mengecewakan orang tua yang telah membiayai saya ”. Ungkap Bunga dengan nada agak menyesal.
Memang, hidup itu sebuah pilihan. Pilihannya itu seperti dua sisi mata uang. Disatu sisi mengarah ke kebaikan. Sisi lainnya mengarah ke keburukan. Akan tetapi, sebenarnya fitrah manusia seperti yang sudah digariskan oleh tuhan Yang Maha Esa itu adalah berbuat kebaikan. Hal-hal yang mempengaruhi untuk berbuat keburukan bisa datang dari lingkungan dan teman-teman dekat. Maka dari itu, perhatian dari orang tua, kasih sayangnya, dan juga pengawasannya dapat optimal sehingga anak-anak seperti ini bisa mempunyai gaya hidup yang “sehat”.
*Penulis, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2009
**Guest list: daftar tamu yang diundang sehingga masuk ke tempat hiburan malam tidak dikenakan biaya (gratis) dengan menyebutkan nama orang yang memberi GL
***Dunia gemerlap

Gunung Putang



Lambaian Alam dan Pesona Sejarah


Fenomenal karena antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang 2 Km, membentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter

Bandung heurin ku tangtung”. Begitulah gambaran Bandung masa kini. Industri di Bandung semakin masif menggerus areal pesawahan, pertanian dan perumahan penduduk. Namun, Bandung masih menyisakan gunung-gunung indah di bagian tubuhnya yang lain. Gunung Puntang adalah salah satunya.
Gunung Puntang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Malabar. Di kawasan ini terdapat bumi perkemahan yang dikelola Perhutani. Udara yang sejuk pada ketinggian 1290 m, sungai yang jernih ditambah dengan paduan pohon pinus yang tumbuh alami, memberikan kedamaian tersendiri. Keindahan panorama sekitar kawasan ini sudah bisa dinikmati sepanjang perjalanan. Terlebih saat memasuki persimpangan jalan Banjaran-Pangalengan dan jalan Gunung Puntang. Saat tiba di gerbang Perhutani, sempatkan waktu berhenti sejenak untuk melihat hamparan Plato (lempengan) Bandung dari ketinggian.
Wisata Alam
Daerah Bandung Selatan masih mempunyai sebuah objek wisata bersejarah yang cukup unik di Gunung Puntang. Bila Anda sudah bosan berkunjung ke Ciwidey yang terkenal dengan objek wisata Kawah Putih dan Situ Patenggang-nya. Atau jenuh berkunjung ke Pengalengan, tidak ada salahnya mencoba berkunjung ke kawasan ini.
Untuk masuk ke areal perkemahan, dikenakan biaya yang relatif murah. Tiket perorangan 5000 rupiah per hari, sewa lahan per 3 orang 2500 rupiah, sepeda motor 1000 rupiah, sedan/minibus 3000 rupiah sedangkan bus/truk 5000 rupiah. Selain berkemah, aktifitas-aktifitas outdoor seperti forest tracking atau sekadar main air di kali yang jernih dapat menjadi pilihan. Curug Siliwangi, sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 100 meter dapat menjadi target alternatif. Perjalanan dapat ditempuh selama 2 jam menembus hutan. Untuk mencapai lokasi Curug Siliwangi ini, sebaiknya menggunakan jasa pemandu arah setempat agar tidak tersesat.
Bumi Perkemahan Gunung Puntang masih dikelola secara swadaya. Masyarakat memegang penuh atas kepengurusan Gunung Puntang walaupun status tetap berada di tangan Perhutani. “Ya kan Gunung Puntang ada di daerah kami, sudah tentu menjadi kewajiban kami untuk mengurusnya”, ujar Aki Inan selaku juru kunci Gunung Puntang. Beberapa fasilitas penting sudah tersedia. MCK, rumah kecil milik Perhutani (cabin) yang bisa disewa, dan yang paling penting Anda masih bisa memanfaatkan aliran listrik.
Masih di area Gunung Puntang, saat ini terdapat sebuah fasilitas rekreasi yang tidak kalah menarik, Taman Bougenville. Di area ini terdapat 3 villa, 2 kolam renang, tempat bermain anak dan lokasi ini dialiri beberapa stream sungai kecil yang sangat jernih airnya. Kolam renang yang ada memanfaatkan air gunung yang langsung dialirkan dari sumbernya. Dan yang lebih penting, air jernih yang masuk ke kolam adalah air alami. Penyaringan alami berupa ijuk adalah rahasia tetap terjaganya kealamian air kolam.
Berbeda dengan Bumi Perkemahan, Taman Bougenville dikelola pihak swasta. Untuk masuk ke lokasi ini kita harus juga membeli tiket masuk seharga Rp7500,00. Vila-vila yang ada  bisa disewa dengan tarif dari 700 ribu sampai 800 ribu rupaih. Jika berminat untuk menyewa seluruh lokasi beserta semua fasilitas yang ada dikenakan biaya sebesar 4 juta rupiah sehari.
Ditemui di kantornya (18/11) Andi Subagyo, selaku Kepala Pengelola Fasilitas Taman Bougenville, menyatakan, “Penggunaan ijuk sebagai filter sebenarnya karena tuntutan masyarakat di sini. Masyarakat tetap ingin area gunung tetap asri dan alami”. Memang meskipun taman ini sekarang sudah ada di tangan pengelola swasta, tapi beberapa aturan yang diajukan masyarakat tetap harus ditaati. “Memang sih kita punya kewenangan, tapi kan kita berada di kawasan masyarakat di sini, jadi ya kita ikuti aja apa yang diinginkan masyarakat, supaya bisa terjalin hubungan yang baik”, tambah Edi.
Wisata Sejarah
Tidak hanya menawarkan wisata alam yang menyejukkan hati, di kawasan Gunung Puntang juga terdapat beberapa objek wisata sejarah peninggalan bangsa Belanda. Bersama Udin Supriadi (11/11) selaku Kepala Pusat Informasi kami menuju area Kolam Cinta. “Pada tahun 1923 area ini merupakan suatu lokasi yang sangat terkenal di dunia karena terdapat sebuah stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis oleh Dr. Van De Groot”, tutur Udin. Sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal pernah digunakan di area ini. Fenomenal karena antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang 2 Km, membentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter.
Gedung radio pemancar ini bentuknya sangat cantik di masa itu. Sayangnya, saat ini bangunan tersebut hanya tersisa beberapa potong tembok saja, dikarena struktur bangunannya yang terbuat dari separuh kayu dan separuh tembok. “Ya, ini sisa-sisa bangunan yang ada. Sebagian besar bangunan dirusak warga saat kemerdekaan. Warga berlomba datang ke sini bukan hanya menghancurkan, tapi juga berlomba mengambil besi yang ada untuk dijual”, tambah Udin. Selain sepotong sisa bangunan tadi, ada juga sisa struktur dinding kolam yang saat ini dikenal dengan nama Kolam Cinta. Konon, jika sejoli berpacaran di lokasi ini akan membawa dampak bagi kelangsungan hubungan mereka. Kalau mau mendaki, sisa-sisa antena juga masih bisa dilihat dilereng gunung.
Masih di lokasi yang berdekatan, tedapat bekas kompleks rumah pejabat Belanda. Lagi-lagi yang tersisa hanya puing-puingnya. Setiap lokasi rumah itu telah dilabeli nama-nama pejabat Belanda yang dulunya menempati rumah itu. Meski di lokasi ini yang bisa dilihat hanya reruntuhan dan pondasi-pondasi rumahnya, tapi bayangan akan kemegahan dan kekokohan rumah-rumah itu di zamannya tidak dapat dihilangkan dari pandangan mata. Beberapa tempat lapang, pagaran pohon hijau, dan bentukan rumah Belanda bisa dinikmati sepuasnya. Ditambah lagi desiran angin sepoi membuat tubuh merasakan kesegeran udara pagi yang dengan bebas menembus kulit dan paru.
Masih di lokasi yang sama, di bawahnya ada jalan setapak menuju Gua Belanda. Pengunjung bisa masuk ke gua dengan menyewa lampu minyak atau patromak. Anda bisa menyewa jasa pemandu jalan yang berjaga di pintu masuk gua. Inilah gua Belanda, gua dengan muka bertampang mulut harimau menganga. Gua ini mempunyai jalur yang beraneka tujuan. Bahkan, ada jalur yang menembus Pangalengan, Garut, Cisewu, dan Gunung Nini. “Ada banyak jalur di dalam gua, tapi sudah pada ditutup karena khawatir pengunjung yang tidak tahu, malah tersesat”, jelas Udin. Ketika masuk gua kita seakan diajak masuk ke perut gunung yang dingin dan kelam. Gemericik tetesan air dari akar pohon yang menembus atap gua memberikan kesan dan ketenangan tersendiri. Tetesan-tetesan air yang menyentuh dasar gua terdengar begitu asri dan menenangkan hati. Perjalanan menyusuri gua bisa diselesaikan dengan rentang waktu sekitar 15 menit. (Mahmud Ramdhani/0906579)