Musim
kemarau yang telah berlangsung beberapa bulan ini menyebabkan ratusan ladang
persawahan disejumlah beberapa kota yang ada di Kabupaten Karawang Provinsi
Jawa Barat tidak bisa ditanami padi. dikarenakan ketiadaan air membuat lahan
persawahan mengering.
Karawang
merupakan kota tertua di Jawa Barat, selain itu Karawang juga memiliki ladang
persawahan kurang lebih 67540 Ha. Dengan demikian, Karawang di juluki sebagai
lumbung padi Jawa Barat. Hamparan sawah nan elok dan hijau menjadi pemandangan
yang indah bagi kota Karawang, tapi ketika kekeringan melanda kota Karawang,
sekarang bukan lagi menjadi kota nan elok tetapi menjadikan ladang persawahan
yang kering tanpa tanaman. Di daerah Karawang perladangan sawah dibagi menjadi
dua bagian, yaitu sawah irigasi dan sawah geledug atau sawah yang hanya
mengandalkan air hujan.
Awal
bulan Oktober merupakan tanggal yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani,
karena sudah 5 bulan Kabupaten Karawang khususnya di Desa Purwadan Kecamatan
Teluk Jambe Timur tidak di guyur hujan.
Pesawahan yang luas dan hijau ini sekarang menjadi kering kerontang, bahkan
tanah persawahan terlihat retak-retak akibat dari tidak adanya sumber air. Begitu
tragis jika melihat kekeringan di Kabupaten Karawang. Padahal Karawang
merupakan sumber pemasok beras terbesar di Provinsi Jawa Barat. Jika melihat
kejadian ini, jangankan menjadi pemasok beras untuk Jawa Barat, untuk daerah
Karawang saja masih kurang.
Dengan demikian banyak para petani yang
mengeluh dalam menggarap sawahnya. Yang tadinya di awal bulan September ini
merupakan musim hujan, tapi belum juga di guyur hujan, petani tidak kehabisan
akal dalam mencari solusi untuk mendapatkan air, petani melakukan pemompaan air
dari sungai Citarum. Sehingga petani harus banyak mengeluarkan modal untuk
memompa air. Dalam satu Hektar are sawah membutuhkan air kurang lebih 350 liter
per 3 minggu. Sedangkan memompa air
dengan mesin pompa membutuhkan biaya perjamnya itu Rp20.000. Tapi penggarapan
sawah dengan proses ini tidak mendukung para petani dengan baik, yang ada
hanyalah kerugian saja. Berapa juta rupiah yang harus dikeluarkan oleh para
petani untuk membayar mesin pompa? Tapi semua itu tidak terbalaskan dengan
hasil panennya, karena hasil panen kali ini cukup mengerikan. Semua pohon padi mengering,
karena kekurangan suplay air. Kondisi
seperti ini, petani hanya bisa pasrah dan berdoa kepada yang maha kuasa. Oleh
karena itu musim kemarau kali ini membawa malapetaka bagi semua orang,
khususnya bagi para petani.
Peristiwa ini memang benar-benar merugikan
banyak orang, bukan hanya petani saja yang merasa rugi dengan tidak adanya
hujan, masyarakat saja merasa rugi, karena air sumur dan PDAM mulai kering,
sehingga banyak masyarakat yang membeli air bersih dengan harga 1500 per
deligen. Sedangkan kebutuhan air dalam satu keluarga itu kurang lebih membutuhkan
15 deligen per hari.
Untuk
saat ini, pemerintah kabupaten Karawang belum memberikan solusi yang terbaik
bahkan tidak ada anggapan sama sekali dari pemerintah. Dengan demikian
masyarakat desa Purwadana merasa miris dengan kejadian ini. Setiap harinya
masyarakat Purwadana harus mengeluarkan uang kurang lebih 15000 untuk membeli
air bersih.
Musim
kemarau yang berkepanjangan ini, menjadikan beban hidup bagi semua orang,
karena masyarakat harus membeli air bersih sebagai bahan pokok setiap harinya.
Yang tadinya air tidak membeli, sekarang harus membeli. Dengan kondisi seperti
ini, penghasilan masyarakat menjadikan tolak ukur untuk menjalankan hidup.
Ujar
Udin “Seharusnya pemerintah Kabupaten Karawang memperhatikan kondisi ini,
karena saya sebagai warga Purwadana merasa miris, apalagi kondisi ekonomi saya
yang serba kekurangan ini, ditambah lagi harus membebani biaya hidup dengan
membeli air bersih, saya sebagai kepala keluarga dari empat orang anak dan satu
orang istri merasa bingung dalam menghadapi cobaan ini”.
Dalam
kondisi kekeringan ini, banyak para tokoh agama dan masyarakat melakukan salat
istiqharah di lapangan Desa Purwadana untuk meminta diturunkannya air hujan.
Tapi proses ikhtiar pemintaan air hujan itu belum juga terkabulkan oleh yang
Maha Kuasa, sehingga proses salat Istiqharah ini dilakukan seminggu sekali,
tiap hari Jumat jam 14.30 sampai waktu salat Ashar.
Nama : Ahmad Taoziri
NIM : 0907439
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Kelas : 7C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar